MAKALAH
KONSEP KEKHALIFAHAN APLIKASINYA DALAM
ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN
OLEH
NAMA : RISKA NURISMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI AL-AMIN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji
sukur kita panjatkan kehadirat allah swt
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehinga peenyusunan tugas Konsep
Kekhalifahan Aplikasinya Dalam Aspek-Aspek Kehidupan dapat
diselesaikan pada waktunya..
Taklupa
pula kita khaturkan salam serta sholawat kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa peradaban umat manusia dari
jaman jahiliah menujuh jaman yang terang benderang yang seperti kita rasakan hari ini.
Dengan adanya tugas ini maampu
memotifai kita/mahasiswa untuk terus mendalami pendidikan islam khususnya dalam
memahami konsep kekhalifahan dalam aspek-aspek kehidupn sehari-hari.
DAFTAR
ISI
cover
|
.........................................................................................................
|
|
||||||||
Kata pengantar
|
........................................................................................
|
|
||||||||
Daftar isi
|
.................................................................................................
|
|
||||||||
BAB I
pendahuluan
|
........................................................................................
|
1
|
||||||||
A.
Latar belakang
|
........................................................................
|
1
|
||||||||
B.
Rumusan masalah
|
........................................................................
|
2
|
||||||||
C.
Tujuan
|
........................................................................................
|
2
|
||||||||
BAB
II
PEMBAHASAN
|
...................................................................................
|
3
|
||||||||
1. Pengertian
Kepemimpinan
|
................................................
|
3
|
||||||||
2. Bentuk-bentuk dan
gaya kepemimpinan
|
...........................
|
3
|
||||||||
3. Konsep
Sifat-sifat yang dimiliki seorang peimpin
|
...............................
|
6
|
||||||||
4.
BAB
III
5. PENUTUP
|
.............................................................................................
|
7
|
||||||||
A. Simpulan
|
........................................................................................
|
7
|
||||||||
B. Saran
|
........................................................................................
|
7
|
||||||||
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Menjadi pemimpin bukan perkara yang
mudah, namun banyak diantara kita yang sangat ingin dan menginginkan untuk
menjadi pemimpin. Kepemimpinan sendiri mengandung arti proses mempengaruhi
orang lain sehingga yang dipengaruhi mau mengerti arahan sang pemimpin. Tapi
untuk mewujudkan kepemimpinan yang sulit itu sekarang banyak teori-teori
kepemimpinan untuk bahan belajar dan melatih kepemimpinan seseorang. Gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap para perilaku anggota/
followers. Gaya kepemimpinan yang dipakai pemimpin-pemimpin di Indonesia
kebanyakan menggunakan gaya participating yaitu selalu berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan ( musyawarah ), namun dalam faktanya itu tidak dapat
terealisasikan dengan baik.
Seorang pemimpin menerima kekuasaan
sebagai amanah dari Allah yang disertai dengan tanggung jawab yang besar.
Pemimpin juga harus memiliki hubungan yang dekat dengan Allah agar seorang
pemimpin selalu ingat juga akan tugasnya sebagai makhluk dibumi yaitu sebagai
khalifah ( pemimpin ) dan sebagai
Abdullah ( hamba Allah ). Al-qur’an
memerintahkan pemimpin untuk melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukan
sikap baik kepada pengikutnya. Selain itu, pemimpin juga harus sifat efisien (
tidak boros ) agar pemimpin tidak membelanjakan sesuatu yang tidak bermanfaat
serta apa yang bukan menjadi haknya ( uang rakyat/followers ).
Generasi muda sekarang harus
melahirkan para calon pemimpin yang penolong, bagus moralnya dan profesional.
Pemimpin yang penolong dapat sedikit
demi sedikit meringankan beban orang lain, misalnya pada pemerintahan sekarang
ini adalah menolong dalam hal pengangkatan kemiskinan di Indonesia. Sadangkan
pemimpin yang bagus moralnya dan profesional dapat menyelamatkan pergaulan
laki-laki dan perempuan Indonesia. Sehingga teerwujudnya rakyat Indonesia yang
profesional dalam bekerja sehingga kemakmuran semakin dekat untuk digapai.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apakah
yang dimaksud dengan Kepemimpinan ?
b) Apa
saja bentuk atau gaya kepemimpinan ?
c) Sifat-sifat
yang dimiliki seorang pemimpin ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman teman-teman mahasiswa STAI Al - AMIN khususnya
saya pribadi dalam memahami materi KONSEP
KEKALIFAHAN.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Secara
etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin, dalam bahasa
Inggrisnya “leadership” yang berati kepemimpinan, dari kata dasar “leader”
berarti pemimpin dan akar katanya “to lead” yang terkandung beberapa
arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di awal,
mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan
pikiran-pendapat-orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain
melalui pengaruhnya ( Usman, 2006 ).
Secara
terminologi terdapat beberapa definisi tentang kepemimpinan. Seseorang
pemimpin, baik ia merupakan pemimpin formal maupun informal menjalankan atau
melaksanakan “kepemimpinan” yang dengan sendirinya berbeda: derajatnya,
bobotnya, daerah jangkauannya dan sasaran-sasarannya ( Winardi, 1983 )
Kepemimpinan dalam islam terkenal dengan
khalifah islamiyah atau biasa
disebut juga dengan imamah. Sebagai seorang kepala Negara dalam islam
disebut khalifah/imam (
Al-Mawardi, 1973 ). Kepemimpinan islam juga dijelaskan dalam hadist
Rasulullah SAW : “ Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT “.
2.
GAYA
KEPEMIMPINAN
Nasution (
1994 ) mengemukakan bahwa seseorang pemimpin harus mengembangkan suatu gaya
dalam memimpin bawahanya. Menurut Hersey dan Blancard ( 1982 ) empat perilaku
pemimpin yang spesifik : memberitahukan, menjual, berperan serta, dan
mendelegasikan ( telling, selling,
participating, delegating ).
Keempat gaya
dasar kepemimpinan situasional tersebut adalah :
1. memberitahukan
Dicirikan
dengan perilaku tugas yang tinggi dan rendah hubungan., atau disebut dengan
gaya yang direktif yang menyediakan arahan dan supervisi yang spesifik dan
jelas. Telling dicirikan oleh perilaku pemimpin yang menetapkan peranan dan
memberitahukan seseorang atau grup tentang apa, kapan, dimana, bagaimana, dan
dengan siapa melakukan berbagai tugas. Selain itu, gaya ini juga dilambangkan
dengan komunikasi satu arah dimana pemimpin memberikan petunjuk atau
arahan-arahan kepada bawahan dalam menyelesaikan tugas dan pencapaian tujuan (
Hersey dan Blanchard, 1982 ).
Kekuatan dan
kelemahan gaya kepemipinan telling adalah :
a.
dalam gaya kepemimpinan itu adalah dalam kejelasan
tentang apa yang diinginkan, kapan keinginan itu harus dilaksanakan, dan
bagaimana caranya.
b.
Kelemahan dari pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini
adalah pemimpin selalu ingin mendominasi semua persoalan sehingga ide dan
gagasan bawahannya tidak berkembang. Semua persoalan akan bermuara kepadanya
mengandung unsur ketergantungan yang tinggi pada pemimpin ( Moeljono, 2003 )
2.
Menjajakan
Dicirikan dengan perilaku tugas dan
perilaku hubungan yang sama tinggi. Pada gaya yang disebut selling ini
pemimpin masih menyediakan hampir arahan, namun melalui komunikasi dua arah dan
penjelasan. Gaya ini sesuai jika diterapkan pada bawahan dengan tingkat
kematangan rendah ke sedang ( low to
moderate maturity ) yaitu tidak mampu tapi mau memikul tanggung jawab untuk
melakukan suatu tugas ( Hersey dan Blanchard, 1982 ).
3. Mengikutsertakan
Dicirikan dengan perilaku hubungan
yang tinggi dan perilaku rendah tugas. Pada gaya ini, perilaku pemmpin
menekankan pada banyak memberikan dukungan dan sedikit dalam pengarahan. Dalam
penggunaan gaya tiga ini pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dalam pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan,
dan peranan pemimpin adalah secara aktiv mendengar. Tanggung jawab pemecahanan
masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar pada pihak pengikut ( Thoha,
2007 ). Gaya ini sesuai jika diterapkan pada bawahan yang tingkat kematanganya
sedang ke tinggi ( moderate to high
maturity ) yaitu mampu tapi tidak mau melakukan hal-hal yang diinginkan
pemimpin ( Hersey dan Blanchard, 1982 ).
4. Mendelegasikan
Dicirikan
dengan perilaku hubungan dan perilaku tugas yang sama-sama rendah. Pemimpin
dengan gaya seperti ini menyediakan sedikit arahan dan memberikan sedikit
dukungan atau tingkat komunikasi dua arah yang rendah. Pemimpin mendelegasikan
kepada bawahanya, dan bawahanya memiliki kontrol untuk memutuskan sendiri
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas ( Toha, 2007 ). Gaya ini sesuai jika
diterapkan pada bawahan yang tingkat kematanganya tinggi ( high maturity ) yaitu mampu dan untuk
memikul tanggung jawab ( Hersey dan Blanchard, 1982 ).
Di tengah-tengah dinamika
organisasi, maka untuk mencapai efektifitas organisasi-organisasi keempat gaya
kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Ada saatnya
memerlukan S1 tetapi ada saatnya pula diperlukan S4 dan yang lainya. Pemilihan
gaya kepemimpinan sendiri lebih diutamakan pada persoalan dengan siapa seorang
pemimpin berhadapan atau dengan kata lain siapa yang menjadi bawahannya ( followers
) ( Hersey dan Blanchard, 1982 ).
GAYA
KEPEMIMPINAN DI MASA RASULULLAH
Hijrah berarti perpindahan/migrasi
dari nabi Muhammad dan pengikutnya dari
Makkah ke Madinah. Hal ini terjadi karena ada isu mengenai akan dibunuhnya Nabi
Muhammad SAW, maka secara diam-diam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar pergi
meninggalkan kota Makkah. Sedikit demi sedikit Nabi Muhammad dan pengikutnya
berhijrah ke Yastrib 320 km utara Makkah. Yang kemudian kota Yastrib berubah
nama menjadi Madinah ( Shamsi, 1984 ).
Kepemimpinan nabi Muhammad terbagi
didua kota yaitu di Makkah ( selama 13 tahun ) dan di Madinah ( selama 10 tahun
). Namun, di waktu yang lebih singkat jika dibandingkan dengan periode Makkah,
Rasulullah berhasil menjadikan masyarakat di kota Madinah sejahtera, atau yang
biasa disebut masyarakat madani. Terminologi masyarakat madani pertama kali
dipopulerkan oleh Mohammad An-Nuqaib Al-Attas, yaitu Mujtamak madani yang
secara etimologi mempunyai dua arti: pertama, masyarakat kota. Kedua masyarakat
yang beradap (masyarakat tamaddun). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan civilty
atau civilation, dalam makna ini masyarakat madani dapat berarti dengan Civil
Society yaitu masyarakat yang menjunjung peradaban.( Barnadib,1998 ).
Dalam periode Madinah, konsep ini
terlihat lebih jelas dibanding periode Mekah. Rasulullah telah menjadikan Madinah
dengan kondisi yang begitu plural, berikut dengan berbagai aliran kepercayaan
yang ada di dalamanya sebagai basis untuk meletakkan fondasi keislaman dan
kemasyarakatan secara inklusif. Dalam hal ini, Rasulullah berhasil membentuk
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh
penguasaan iman, ilmu dan peradaban. Konsep inilah yang belakangan ini
diistilahkan sebagai konsep masyarakat madani ( Al-Mabarkafuri, 2008 ).
Dengan demikian, istilah masyarakat
madani memiliki korelasi yang begitu erat dengan masyarakat Madinah pada masa
Rasulullah. Dari sini, kita bisa mengambil sebuah pendapat bahwa konsep
masyarakat madani tidak hanya berkutat pada perwujudan kondisi masyarakat atau
warga negara yang berperadaban secara materi (duniawi) saja.
Akan tetapi, konsep masyarakat madani
sebagaimana kondisi masyarakat Madinah pada masa Rasulullah adalah perwujudan
suatu masyarakat yang memiliki basis keimanan dan keislaman yang kuat, yang
kemudian dimanifestasikan dalam nilai-nilai dan norma-norma yang dijunjung
tinggi oleh seluruh elemen masyarakat. Kondisi seperti ini harus pula disertai
dengan geliat intelektual yang tinggi, sehingga menghasilkan komunitas yang
berintegritas tinggi dan berperadaban luas.
3.
KONSEP DAN SIFAT-SIFAT YANG DIMILIKI SEORANG PEMIMPIN
Konsep Khalifah Dalam Islam
Konsep khalifah dalam Islam menekankan bahwa manusia
tidak mempunyai apapun terhadapalam, manusia hanya mendapat mandat sebagai
pengelola kehidupan di bumi. Manusia bersamaankedudukannya sebagai bagian dari
sistem ekologis yang saling terkait.
Keutamaan manusia atasmakhluk lain tidak menjadikan
manusia dapat memperbudak unsur laindi alam demi kepentingan hawa nafsunya namun menjadikan keaktifan dalam melakukan sesuatu yang perlu mengelolakehidupan
di alam demi keberlanjutan kehidupan di alam sebagai tujuan.
Pemimpin sebagai khulafaurrasyidin antara lai :
a.
Arif dan bijaksana
b.
Berilmu yang luas dan mendalam
c.
Berani bertindak
d.
Berkemauan yang keras
e.
Berwibawa
f.
Belas kasihan dan kasih saying
g.
Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan
hukum-hukum islam
BAB III
PENUTUP
A.
SIIMPULAN
Sebagai khalifah,
manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat
manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai hamba
manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh
karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat
sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai
bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping
juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding
binatang
B.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat
beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan.
Untuk itu saya pribadi mengharapkan masukan dan
arahan dari Bapak/ibu dosen untuk
sedikit mengkoreksi makalah yang saya susun ini guna meningkatkan kualitas dan
kemampuan saya dalam bersain di dunia Akademik..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar